Toksikologi mempelajari tentang
toksin (racun) serta efeknya terutama untuk mahluk hidup
Toksikologi lingkungan
(Ekotoksikologi) membahas tentang interaksi, transformasi, fate, dan efek dari senyawa
kimia alamiah maupun sintetis di dalam biosfer termasuk organisma individual,
populasi dan seluruh ekosistem
Semua zat beracun ataupun metabolitnya
akan kembali memasuki lingkungan, shg kualitas lingkungan akan bertambah buruk
dengan terdapatnya berbagai racun
Ilmu Toksikologi lingkungan muncul
dilatarbelakangi oleh adanya interaksi
manusia dan lingkungan yang ditandai dengan
•
penemuan bahan kimia baru yang cukup banyak baik alamiah maupun
buatan (sintetis)
•
perubahan kualitas lingkungan akibat aktivitas manusia
(industri, kendaraan bermotor, kebutuhan perumahan baru, peningkatan produksi pertanian
dll). Perubahan tersebut dilakukan sebagai bagian dari peningkatan
kesejahteraan manusia
•
peningkatan hasil samping kegiatan manusia berupa limbah (padat,
cair dan gas) yang dibuang kelingkungan
dengan atau tanpa pengolahan terlebih dahulu. Jumlah limbah yang cukup banyak
membuat alam tidak mampu self purification. Oleh karena itu perlu campur tangan
manusai untuk menjaga agar alam tetap mampu self purification, sehingga
kerusakan alam, timbulnya penyakit akibat lingkungan bisa dicegah
Beberapa peristiwa berkaitan dengan “peracunan” lingkungan
•
pencemar udara SOX, CO, NOX,
PAH(Policyclic Aromatic Hidrocarbon), DDT( Dietil Difenil Dichlor Etan) , PCB (Polichlor
Bifenil) , CFC (Chloro Fluorocarbon) dll efeknya mulai dr yang ringan iritasi kulit,hingga berat spt penyakit
pernafasan, efek DDT pd cangkang
telur menjadi
rapuh, shg mudah pecah, tidak menetas dan akhirnya populasi punah
•
bocornya reaktor nuklir seperti di chernobil,
rusia, Fukusima
jepang. efeknya antara lain terjadi kanker kelenjar gondok pada anak2 akibat sinar
radioaktif dari radon
•
Pabrik plastik dengan bahan baku vinil chlorida dan
acetaldehide. Pabrik ini
membuang Hg ke teluk Minamata. ikan
mengandung 27-102 ppm berat kering hg. selama th 1953-1960 terjadi keracunan hg
pada 111 nelayan. gejala : sulit mendengar dan kehilangan koordinasi otot2nya.
•
Kasus bom Hiroshima & Nagasaki. Detonasi bom
secara langsung menyebarkan panas yang tak terkira dan mematikan semua
organisme sekitar 1 mil.
Tujuan toksikologi lingkungan antara lain
•
Mencari substansi yang
aman
•
Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki racun
terhadap organisme
•
Membuat kriteria dasar untuk standardisasi lingkungan
•
Memperbaiki cara
pengobatan
•
Menilai risiko dan memberikan saran atau rekomendasi untuk
minimalisasi efek Xenobiotik
Belajar tentang toksikologi
lingkungan, maka sebagai dasarnya
harus mampu mempelajari Perjalanan zat toksik (analisis pemaparan zat toksik)
dimulai dari
pengeluaran zat toksik dari
sumber (emisi) ke lingkungan
perlu diketahui dengan baik antara
lain kuantitas zat, lokasi sumber
pencemar dan frekuensi pengeluaran
introduksi zat toksik ke dalam lingkungan bisa terjadi secara alamiah (misal gunung meletus)
maupun disengaja (insidentil atau aksidentil). emisi tidak hanya berbentuk
konsentrasi, tetapi juga dalam jumlah
Selanjutnya dalam lingkungan
(media, wahana) zat toksik mengalami pemaparan mulai transpor (perjalanan),
pengenceran dan transformasi (berubah menjadi zat lain/perubahan struktur)
Proses transpor dapat berupa
adveksi, difusi, dispersi, hidrolisis, oksidasi, reduksi, biodetoksivikasi,
bioaktivasi dll.
Di dalam
ligkungan zat dapat mengalami pengenceran misalnya pemaparan zat SO2 dari sumbernya 4 ppm, ketika
bergerak melalui udara bervolume 1000 x lebih besar dibanding volume pemaparan
zat SO2 maka akan terjadi pengenceran 1000 kali. Dengan demikian konsentrasi
menjadi 0,004 ppm ketika
berada di udara
Keberadaan pencemar tidak
hanya di media udara tetapi juga bisa di air, tanah, organisme, rantai makanan
Oleh karena itu perlu juga dilakukan identifikasi konsentrasi zat pada
tiap media lingkungan, area geografis yang terpapar zat, dan durasi pemaparan
zat.
kemudian zat toksik mulai
masuk ke dalam tubuh organisme (imisi)
dipengerahui antara lain
mobilisasi, persistensi dan akumulasi disamping faktor yang secara umum telah
banyak diketahui yaitu karakteristik
individu dan cara masuk.
akhirnya timbul efek biologi
(efek farmakokinetika)
Perubahan
struktural :
1.
Pengurangan keanekaragaman hayati
2.
Penurunan kecepatan reproduksi
3.
Penurunan kemampuan pemulihan diri
Perubahan
fungsional
1.
Kemandulan
2.
Perubahan sifat menjadi lebih buruk
3.
Kematian dll
efek yang timbul
•
efek akut : kematian
•
efek kronis : perubahan gen, perubahan kemapuan bereproduksi,
perubahan perkembangan, perubahan perilaku
target efek
Ø Efek lokal:
terjadi pada target pertama kontak toksikan (misalnya ; perubahan warna, luka
bakar, erosi bagi ikan
Ø Efek sistemik
: terjadi melalui absorbsi dan distribusi zat ketempat yang jauh dari target
pertama.
Resultante efek berupa aditif, sinergi, potensiasi dan
antagonistik
UJI TOKSISITAS
Kulaitatif : Uji
toksisitas kualitatif biasanya dilakukan atas dasar gejala penyakit yang timbul. Misal anemi : untuk
keracunan Pb
Kuantitaif :
perlu diketahui terlebih dahulu apakah zat yang dicurigai mudah larut,
apakah mudah menguap dll. Jika pada aplikasi di industri bahwa zat menguap,
maka eksposur yang terjadi melalui inhalasi. Dengan sendirinya akan ditentukan
pula hewan uji yang akan digunakan.
Perlu dikethui
dengan baik bahwa uji toksiisitas bertujuan untuk mencari dosis aman atau
mencari kriteria untuk standarisasi kualitas lingkungan. Uji hewan
atau bio esei pada akhirnya juga dimaksudkan untuk ekstrapolasi hasil terhadap
manusia untuk mencari dosis yang aman.
Dahulu orang
lebih seringg menggunakan LC50 atau LD50, tetapi
perkembangan terakhir, orang mencari dosis atau konsentrasi maksimum yang tidak
menimbulkan efek atau NOEL(No Observed Effect Level) atau NOAEL( No Observed Adverse Effect
Level)
LINGKUNGAN
Penelitian
toksikologi dalam perairan dapat dilakukan untuk mengetahui atau
mengidentifikasi apakah efluen dan badan air penerima mengandung senyawa toksik
dalam konsentrasi yang menyebabkan toksisitas akut atau kronis
Uji TCLP (toxicity concentration leaching procedure)
merupakan metoda yang dapat digunakan untuk meneliti tingkat toksisitas dari
limbah padat. Lumpur yang dihasilkan dari ipal dapat
mengandung berbagai senyawa toksik sesuai dengan proses yg terjadi pada
industri maupun senyawa kimia yang digunakan dalam proses ipal . Begitu pula IPAL
yang mengolah limbah domestik. Dalam lumpur IPAL perkotaan ditemukan lumpur
yang mengandng logam berat Al, Cd, Co, Cu, Cr, Fe, Mn, Hg, Mo, Ni , Pb, Ti Dan
Zn.
Penelitian toksisitas di udara dibagi 2 yaitu
outdoor dan
indoor. SO2, patrikulat (smoke), FOG(smog)
merupakan toksikan yang sering terdapat di udara. Penelitian di lapangan dapat dilakukan dengan melihat efek pada tanaman
seperti mengamati efek polutan sulfur dari gunung api Merapi terhadap vegetasi
sekitarnya.
XENOBIOTIK
Untuk mengetahui hubungan antara xenobiotik dengan
respons tubuh terhadap racun.Dosis
dapat berupa : LD (letal dosis) LC (letal consentration), ED
(dosis efektif). Respon yang dicari dapat berupa kematian atau respons perubahan fungsi
atau biokimiawi organisme
Uji dengan skala laboratorium akan lebih mudah karena dapat dibuat bebas patogen, keadaan
steril cahaya buatan, eksposur konstan, populasi
homogen, zat racun murni.
Tetapi jika langsung kealam maka banyak kebdala yang harus dihadapi antara lain
tidak bebas patogen, tidak dapat disterilkan, cahaya
alamiah tidak dapat dikontrol, eksposur
tidak jelas, populasi heterogen
dan racun campuran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar